Saturday, May 26, 2007

Lelaki dalam Cinta . .

Mata sudah mengantuk.
Malam juga telah mulai larut dan semakin sepi.
Hujan yang mengguyur tadi siang masih menunjukkan sisa-sisa keperkasaannya.
Aku tidak mampu untuk melawan kehendak alam.
Udara begitu dingin.
Mengajak untuk segera meringkuk di dalam kehangatan selimut.
Memejamkan mata.
Mengurai dunia di alam mimpi.
Merajut segala kenangan sehari menjadi sebuah video yang menyenangkan.
Walaupun hanya di alam mimpi, tapi aku tetap gembira.

Pikiran ini melayang pada suatu masa setahun silam.
Dimana kerja keras dan komitmen menjadi sebuah harga mati yang tidak bisa ditawar.
Semua harus berjalan dengan sempurna dan seirama.
Tidak boleh ada langkah yang tertinggal.
Otak dipaksa untuk bekerja siang malam.
Tanpa kenal lelah menyusuri pinggiran kota hanya sekedar berkumpul dan berbincang menyelesaikan masalah yang belum juga mencapai puncak.
Masa itu terkenang sebagai sesuatu yang menyisakan sejumput ruang di pusat kehidupan.
Tersenyum bila suatu malam sebelum tidur teringat akan gerak langkah yang terjadi selama setahun sebelum semuanya menjadi sempurna.
Itulah masa ketika harus berjuang mempertahankan pertunjukkan teater "Tjinta is (not) a game".
Setelah mengalami jatuh bangun, latihan yang menggebu, merelakan waktu tidur hanya untuk berteriak dan menghapal gerakan, meresapinya dengan hati bukan terpikirkan oleh otak.
Semua menjadi sempurna ketika aktor-aktor yang sangat hebat berdiri di hadapan beratus pasang mata.
Menyihir mereka dengan pagelaran yang berkualitas, bermutu, serta meninggalkan kesan yang dalam bagi penonton.
Cinta memang selalu menarik itu diperbincangkan, bahkan sekedar untuk menjadi kontra yang menarik bagi wartawan infotainment.
Cinta dalam cerita teater yang dipertaruhkan oleh semua aktor yang terlibat di panggung kecil tersebut.
Berakhir dengan sebuah pertaruhan yang tidak terbantahkan.
Ya, cinta memang bukan sebuah permainan, tapi ada segelintir orang yang tega mengusik cinta di tempatnya yang indah dan menusukkan kebencian mendalam sehingga robek, berlumuran darah, teronggok di sudut ruangan tak berdaya.
Aku jadi teringat dengan sebuah posting blog yang berisikan ungkapan kebencian, atau lebih tepatnya, keraguan yang tidak terkata, ditulis oleh seseorang 8 jam perjalanan dari kota ini.

Permainan mencari cinta.
Sebuah ungkapan penyesalan, kebencian, kekecewaan, kemarahan, yang tergoreskan di layar.
Mengungkap perasaan paling dalam.
Tentang seorang lelaki yang menjauh dari kehidupan tetapi masih berharap untuk dapat merengkuhnya.
Bermimpi untuk dapat mendekap sekuat tenaga dan berkata "I love you" dengan mesra di telinga.
Sebuah impian yang mungkin semakin mustahil untuk diwujudkan oleh seorang wanita di ujung sana.
Dia hanya bisa merenung.
Menutupi mukanya sambil berjongkok di persimpangan jalan.
Membiarkan mobil berlalu lalang.
Menutup telinga unutk setiap deru yang dihasilkan.
Hanya membayangkan bahwa waktu bisa berputar kembali.
Dan membatalkan semua perasaan cinta yang terlanjur membuncah.
Wanita itu tidak akan pernah menyangka kalau keadaan akan menjadi serumit ini.
Begitu kompleks dan tidak bisa terselesaikan hanya dengan pikiran semata.
Bukan hanya sekedar pikiran yang terus dipaksa berputar.
Hati pun terasa tercabik ketika bayang-bayang orang itu muncul kembali dengan seenaknya di kala dia tidur.
Merasakan bahwa ada dia yang selalu mengikuti kemana kita pergi.
Menyamakan langkah agar hati bisa saling terpahami.
Menyokong dan mendukung di kala kesedihan menimpa.
Bersandar pada sebuah pundak paling tidak mampu menghilangkan beban yang terus memuncak.
Membiarkan bibir saling berbicara dan mendengarkan satu sama lain.
Wanita itu berharap banyak dari lelaki yang mampu mengubahnya dari kebiasaan judes tingkat tinggi.
Lelaki yang menjadi teman ketika jarinya harus berdansa di atas mesin ketik.
Lelaki yang akan menemaninya bercanda di dunia maya.
Lelaki itu begitu luar biasa.
Paling tidak ia adalah seorang yang sempurna pada saatnya.
Lelaki yang kuharap bisa mendengarkan keluhanku dengan gembira.
Lelaki yang selalu tersenyum dan mengerlingkan mata, hanya sekedar melihatku dan memastikan bahwa aku baik-baik saja.
Lelaki dalam mimpi.
Lelaki dalam kebencian.
Lelaki dalam keraguan.
Lelaki dalam cinta.

Berlalu masa membuat ragu menjadi kenyataan.
Sepasang surat tidak mampu untuk membuatnya berani berterus terang tentang beragam perasaan yang mungkin ada di dalam dirinya.
Berusaha menghindari waktu dengan berpaling kepada jaman.
Berlari dari sebuah kenyataan yang harusnya dihadapi.
Tetapi paling mengesalkan adalah berusaha menolak cinta yang sebenarnya memenuhi setiap rongga dadanya.
Aku tahu bahwa tidak mungkin cinta akan pergi begitu saja dari hatinya.
Tapi apa gunanya ketika cinta tidak pernah dijadikan sebagai sebuah makna.
Cinta hanya dijadikan permainan untuk menguji apakah wanita itu bisa mencintai atau tidak.
Dan ketika wanita itu sudah mencintai si lelaki dengan sepenuh hatinya.
Cinta malah terkoyak secara perlahan.
Bukan dengan kekuatan alam tetapi si lelaki berusaha menolak cinta dengan perlakuan yang menyakitkan.

Tidak ada yang dikatakan selagi sepasang mata beradu pandang di atas meja.
Tidak ada terima kasih terucap atas keberanian dalam mengikuti perjalanan cinta.
Semua menghilang begitu saja.
Tidak ada yang terjadi atas cinta.
Cinta memang tidak akan muncul tanpa pernah ada pertautan perasaan yang erat.
Bahkan komunikasi yang intens pun belum tentu memunculkan cinta dalam hubungan kedua manusia.
Tapi cinta punya caranya sendiri untuk bertindak.
Cinta tidak akan menuruti cara pikir manusia.
Kalau cinta bisa dikontrol oleh manusia maka cinta tidak akan membuat kita merasa senang ketika dia menyapa.
Cinta tidak akan membuat kita tidak bisa terlelap bermalam-malam hanya karena sebuah bayangan yang lekat dalam pikiran.
Cinta bergerak dengan cara yang tidak akan pernah terkata.
Itulah cinta.
Dia selalu punya jalan tersendiri bagi setiap manusia yang beruntung mengalaminya.
Bahkan cinta bisa terselimuti kebencian ketika orang tidak pernah mau memahami bahwa cinta memiliki alur tersendiri dalam kehidupan manusia.
Mereka selalu membuat kita menyerah dalam kepasrahan.
Tidak tahu apa yang akan mereka perbuat.
Hanya bisa termangu dan berdiam dalam keheningan.


Selamat menikmati perjalanan cinta anda!





*saat malam masih hening*


11:31 PM


sebuah tulisan di sebuah blog salah satu teman dunia maya terbaik saya. seorang teman yang berada 8 jam dr bandung. yang hanya bertegur sapa lewat dunia maya maupun dunia seluler. teman bercerita saya disaat senang, susah, bingung, sedih, marah. dia selalu berusaha bantu saya. dia tau cerita saya dengan lelaki itu. dia tau semua. teman, terimakasih atas tulisanmu ini. semoga perjalanan cinta saya selanjutnya menyenangkan :)

No comments: